Abuse of Utterance “Allahuakbar”

24 Maret 2008 | | 0 komentar |

Allahuakbar is meaning "Allah The Most Big" means very beautiful, besides that has very big benefit of just for who saying it. Every moslem is obliged to say minimum Allahuakbar sentence 94 times in one day when doing shalat fardhu, if you are this unconvinced this matter, tries calculated shalat at dawn or called "subuh" there is 11 times, shalat dzuhur, ashar and each isyak 22 times utterance then multiplied 3 to become 66, and last of shalat magrib 17 times, then is summed up total there’re 94 times we say sentence Allahuakbar in front of Allah SWT.

When getting temptation from Allah SWT, we often says this sentence, though that is happiness or mischance. When we fear to something, we also often says Allahuakbar. Besides, says sentence Allahuakbar when is struggling ossifying reachs for purpose of a real difficult will add spirit of remarkable, and autosuggestion like this can assist around 45% to reach for success. This thing indicates that in our life always is accompanied praise utterance to God.

Indonesia State is country with the biggest moslem believer in the world, so that resident majority in every town believes in Islam. And because that’s, conflict and quarel between factions that’s often happened caused by different idea and principle, entangles the moslem believer circle. Has often is seen when happened riot a period of between organizations or group, each rallying call of at the same Allahuakbar sentence though they are each other inimical one another, for example like when FPI (Front Pembela Islam) or (Front Advocate Islam) involves conflicts with organization of other public which majority is having member of moslem. Don't know what thought of in their marrow, when rallying calls "yel-yel" Allahuakbar, what’s clear for believer non moslem will confuse when seeing their conflict, and surely for non moslems hating Islam, will surely increase liking and acclaiming witness encounter between the Islam believers.

We are big nation and the biggest moslem believer in world especially, ought to lose face to minority other believer in this republic country, that conceitedly says sentence Allahuakbar but unmatched to condition of is being happened. Possibly if happened quarel or encounter with other religion believer, that thing’s fair and can be tolerated, but if war happened moslem humanity will seen’s odd and embarrass. This thing will bewilder Allah SWT because the two moslem and says sentence "God The Most Big" is meaning canvass for to Allah SWT. Exactly reverse, God will hate them, because having the same confidence but feeling their x'self are correctness, and applies name of God with "promiscuously" in imprecise situation and condition.

Direr other example about mistake in uttering of Allahuakbar which out of the target from religion value, that is when happened riot of May 1998. The criminals and provokator predominated by Islam public, though only resident sign card which Islam, but their soul’s not Islam, because they dare to say some sentences islami which have been popular in ear of all Indonesia believer, like basmallah, hamdallah as well as sentence Allahuakbar when inciting riot in towns. And their behaviour are nastiest and embarrass for Islam teaching, when doing rapist and persecution, even murder of ethnical girls or children of china, they with devil passion and spirit of perfervid rallying call of sentence Allahuakbar each time denudes then rapes the ethnical girls and chlid of tionghoa which is not knows something, even read basmallah when will kill people especially tribe woman china innocent as animal slaughters, but doesn't realize that the rapists pretend moslem this’s dickens actually exceeding animal character, because any animal not possibly affront God SWT.

Hopefully Islam believer in this archipelago country, now not only elateds to become nation of the biggest Islam in the world, but also comprehends exactly all Islam teaching as well as doesn't practice it halfs, but as a whole. Big nation learning when getting "crisis", don't know that’s economic crisis or morale crisis like above example. And hopefully moslem believer predominating country having odd democracy system that’s "democracy pancasila", also would continuously bail behavior science and buries all mistakes which has have ever been experienced by this nation, so that doesn't repeat it is later.

Benar Jadi Salah, Salah Jadi Benar

17 Maret 2008 | | 0 komentar |

Zaman orde baru merupakan zamannya paling kelam bagi dunia kebenaran dan kejujuran, sesuatu yang sudah pasti kebenarannya akan menjadi suatu kesalahan yang pasti, hukumpun akan membela orang-orang yang jelas melakukan kesalahan dan menghukum orang-orang yang melakukan kebenaran di jalur hukum. Teori ini sudah menjadi mutlak berlangsung bertahun-tahun saat orde baru bahkan masih terjadi hingga saat ini. Abdul Saman atau sering disapa Saman merupakan salah satu dari sekian banyak korban lainnya yang sudah merasakan dan membuktikan teori ini benar ada di negeri seribu pulau ini.

Saman mempunyai profesi sebagai buruh kuli sebuah pabrik kecil bagian pengapuran di daerah Jawa Tengah. Dia tidak pernah sekolah dan buta huruf, tetapi tidak pernah putus asa dalam mencari nafkah untuk keempat keluarganya khususnya menyekolahkan kedua anaknya, mereka bernama Teguh berumur 13 tahun kelas 2 SMP dan Dika berumur 8 tahun masih kelas 3 SD. Sedangkan istrinya hanya di rumah dan mengurusi anaknya yang masih berumur 1 tahun. Sebenarnya sang istri ingin membantu suaminya mencari uang, tetapi tidak diperbolehkan oleh Saman, karena kedua mata istrinya buta dan akan menyulitkan istrinya jika memaksakan bekerja.

Saat Saman diajak temannya untuk mengadu nasib ke kota Semarang mencari nafkah lebih baik dengan modal dengkul, sang istri merasa keberatan untuk ditinggal suaminya, dia mempunyai firasat tidak baik saat suaminya hendak pergi keluar rumah. Tetapi istrinya pasrah karena tidak mempunyai alasan melarang suaminya pergi, dan kalu batal pergi maka tidak akan bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya yang semakin mahal biaya SPPnya. Untuk itu Saman tetap bertekad bekerja keras, mau melakukan apapun untuk menghidupi keluarganya asalkan pekerjaan itu tidak haram.

Setelah sampai di Semarang, karena Saman seorang buta huruf maka dia sangat bergantung kepada temannya yang mempunyai profesi serupa Saman dan tujuan yang sama ketika pergi ke kota lumpia yaitu memperbaiki nasib keluarganya. Teman Saman yang bernama Badrun ini ternyata mendapat informasi lowongan kerja dari kenalan barunya saat minum kopi di warung dekat pabrik dia bekerja, ia bernama Zulkarnaen. Setelah dicari dan bertanya-tanya alamatnya, akhirnya mereka menemukan rumah kenalan Badrun itu dan menemuinya.

Setelah menyetujui dan menerima pekerjaan barunya, Saman yang kini berprofesi nyaris sama seperti dulu sebagai kuli hanya berbeda bidangnya yaitu kuli bangunan khususnya semen, pergi ke "kantor" barunya yang lebih mirip gudang kopra, sedangkan Badrun tidak bekerja satu pabrik dengan Saman. Dan kini gaji Saman juga lebih "manusiawi" ketimbang saat di desa, ia pun sangat bersyukur mendapat penghasilan lebih banyak dari pada dahulu sehingga dapat ditabung untuk masa depan anak-anaknya. Kini dia menginap di rumah sewaan "super murah" dan "super minim" bersama Badrun dan 2 kawan pekerja lainnya.

Suatu hari saat pulang kerja, karena saat itu pekerjaannya sedikit Saman bisa pulang lebih cepat dari jadwal biasanya, dia melewati daerah Simpang Lima yaitu tempat prostitusinya kota Semarang yang sudah dikenal banyak warga Semarang. Di tengah jalan dia menemukan sebuah tanda pengenal atau KTP, sayang karena buta huruf dia bingung nama dan alamat pemilik KTP ini. Karena tidak mau ambil pusing, Saman pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan KTP ini ke pihak berwajib. Sesampai disana, seperti biasa para polisi dengan alasan sibuknya menyuruh Saman untuk menunggunya, dia pun menurutinya dan duduk menunggu dengan sabar hingga sore hari. Akhirnya pak polisi menyuruhnya masuk dan duduk di dalam kantor dan meminta KTP yang ditemukan Saman. Tiba-tiba pak polisi kaget setelah melihat nama pemilik KTP itu, lalu dia menanyakan kepada Saman dimana menemukan KTP itu, dan setelah mendapatkan jawabannya pak polisi itu justru bertambah kaget. Kemudian polisi berkumis tebal ini menatap tajam wajah Saman dan menanyakan pertanyaan yang sama seakan tidak percaya dengan jawaban kuli bangunan ini. Kemudian Saman gantian bertanya kepada pak polisi KTP ini milik siapa dan setelah dijawab dia juga kaget karena KTP ini ternyata milik seorang pejabat penting di kota lumpia ini, yaitu milik Hakim Agung Semarang.

Hari semakin malam masalah pun makin runyam, polisi justru tidak percaya perkataan Saman tentang tempat penemuan KTP ini dan menuduh Saman mencurinya lalu berusaha menjebak Hakim Agung. Tetapi dengan lugunya Saman berusaha menjelaskan secara detil penemuan ini dan mengatakan mustahil kalau mencurinya karena dia sendiri buta huruf, sayang polisi justru tambah tidak yakin kalau Saman buta huruf dan menuduh hanya berpura-pura. Lalu polisi itu meninggalkan tempat duduk sebentar untuk berdiskusi dengan teman-temannya, Saman tidak bisa mendengar apapun yang sedang didiskusikan mereka karena dia hanya disuruh tetap duduk menunggu dan tidak boleh kemana-mana. Saman merasa sedih dan takut kalau akan terjadi sesuatu yang menimpa dirinya, dia ingin segera masalah ini selesai dan cepat pulang untuk istirahat.

Setelah para polisi selesai berdiskusi, mereka mendekati Saman dan menawari sebuah solusi licik untuk menyelesaikan permasalahan ini yaitu menyuruh Saman memberi "sesuatu" untuk mereka agar masalah ini cepat selesai dan Saman terbebas dari segala tuduhan, "sesuatu" ini jelas berupa uang pelicin sebesar 5 juta rupiah. Uang segitu bagi orang berprofesi kuli seperti Saman jelas sangatlah besar dan sulit mendapatkan dalam waktu dekat, Saman pun terus memohon untuk segera dipulangkan dan tidak dibebani macam-macam. Akhirnya besaran uang permintaan polisi sedikit demi sedikit diturunkan hingga menjadi 1 juta, dan Samanpun tetap memohon untuk diampuni kesalahannya tanpa dimintai imbalan karena memang tidak mempunyai harta sebanyak itu.

Akhirnya polisi-polisi itu marah kepada Saman karena gagal membujuknya memenuhi keinginan memperkaya isi dompet para polisi masyarakat itu, lalu melemparkan segala macam tuduhan kepada Saman yaitu menjebak dengan mencuri KTP Hakim Agung agar tercemar nama baiknya dan menghina kepolisian dengan berpura-pura buta huruf. Kemudian Saman dijatuhi hukuman penjara 6 tahun dan berhak memperoleh pengacara. Sayangnya Saman hanyalah wong cilik yang tidak mempunyai kenalan pengacara atau kalaupun dapat mencari pengacara, Saman tidak mungkin sanggup membayar jasa seorang pengacara. Akhirnya polisi memberikan kemudahan yaitu akan dicarikan pengacara tanpa harus membayar, tentunya pengacara ini dipilih dari orang-orang yang mempunyai hubungan dekat dengan para polisi dan akan memihak kepolisian. Karena Saman adalah orang desa yang masih sangat "lugu" hanya menerima saja usul polisi dan justru berterimakasih karena tidak perlu menggaji pengacara itu.

Tengah malam Saman menginap di tahanan kepolisian, dan esok paginya datanglah seorang pengacara yang sudah dijanjikan polisi. Setelah Saman bertemu dan menjelaskan semua masalah kepada pengacara itu, Saman sangat menaruh harapan pertolongan pengacara itu. Tetapi jawaban sang pengacara sangat singkat, yaitu menyuruh Saman untuk mengaku semua kesalahan kepada kepolisian agar hukuman diperingan, sedangkan Hakim Agung tidak tercoreng namanya kalau terlibat masalah ini, dia juga menerangkan kalau posisi Saman sangatlah sulit dan menjelaskan kalau bermasalah dengan Hakim Agung jelaslah tidak mungkin untuk dimenangkan, karena di pengadilan negeri ini Hakim Agunglah yang paling berkuasa apalagi lawannya hanyalah kuli bangunan yang sama sekali tidak mempunyai kolega dan dukungan yang kuat dari belakang. Saman akhirnya menyerah dan tertunduk lesu mendengar semua penjelasan dari pengacara, dia terpaksa mengakui semua kesalahan yang dituduhkan polisi dan mendapatkan hukuman "hanya" 3 tahun penjara, setengah dari hukuman semula. Dia memikirkan keluarganya yang ditinggalkan di desa, dan sedih karena anak-anaknya pasti akan kesulitan dalam melanjutkan studinya di sekolah.

Badrun disuruh Saman menyampaikan musibah yang menimpa dia kepada keluarganya dan memberitahukan keadaannya baik-baik saja. Setelah 3 hari Badrun kembali mengunjungi Saman dan mengatakan istrinya sangat sedih dan terus menangis setelah mendengar kabar tentang suami yang dicintainya, sedangkan anaknya yang masih SMP tadinya ingin memberi kabar gembira kepada ayahnya kalau mendapat rangking 2 di kelasnya justru ikut menangis dan marah kepada nasib yang menimpa keluarganya sekaligus sangat membenci setiap polisi yang ditemuinya.

Setelah 3 bulan mendekam di penjara dan tidak mengetahui kabar keluarganya, Saman meminta Badrun untuk pergi ke desa menengok keluarganya, Badrun pun menerima dengan senang hati permintaan kawannya ini. Setelah seminggu lamanya Badrun pulang ke desa akhirnya balik ke kota Semarang dan menceritakan semua keadaan di desa kepada sahabatnya yang sedang diuji ketabahannya di penjara. Saman sudah dapat menduga tentang kabar dari keluarganya ketika melihat wajah sedih Badrun saat menceritakannya. Istri Saman kini tetap berada di rumah dan tidak dibolehkan bekerja di luar oleh anaknya yang pertama, sebagai pengganti nafkah dari ayahnya Teguh rela melepaskan "bangku kursinya" di SMP kesayangannya untuk alih profesi sebagai pengamen, selain itu dia juga mengumpulkan botol-botol dan barang bekas lainnya untuk dijual kembali demi memenuhi kebutuhan keluarganya termasuk menyekolahkan adiknya yang masih SD, meskipun adiknya juga sering membantunya berjualan dan kadang kala ikut "berpetualang" ngamen di jalanan. Saman mendengar semua itu langsung menangis dan meratapi nasib keluarganya kenapa begitu menderita dan sengsara hanya karena ketidakadilan hukum di negeri ini.

Setelah teman satu sel Saman mendengar semua musibah yang menimpa Saman, dia menasehati untuk terus bersabar dan menjelaskan kalau kehidupan di negeri ini lebih mirip kehidupan di hutan yaitu menganut hukum rimba, siapa yang kuat akan menang dan terus berjaya dan siapa yang lemah akan terus tertindas oleh orang-orang kuat ini. Dan menjelaskan suatu teori yang sangat terkenal hanya di negeri republik ini yaitu perbuatan benar akan dianggap salah, sedangkan berbuat salah akan dianggap benar.